Penulis : Cecelia Ahern
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Isi : 480 halaman
Sinopsis Hopeless :
Tamara Goodwin selalu hidup untuk saat ini, tidak pernah memikirkan
apa yang terjadi besok. Sampai suatu ketika, perpustakaan keliling
mampir ke desanya yang kecil, membawa buku misterius bersampul kulit
dengan kunci emas.
Di halaman-halaman buku itu, Tamara menemukan
hal-hal yang mengejutkan dan mengguncang hidupnya. Inilah kisah tentang
bagaimana esok hari dapat mengubah apa yang terjadi hari ini...
Tamara Goodwin selalu hidup untuk saat ini, tidak pernah memikirkan
apa yang terjadi besok. Sampai suatu ketika, perpustakaan keliling
mampir ke desanya yang kecil, membawa buku misterius bersampul kulit
dengan kunci emas.
Di halaman-halaman buku itu, Tamara menemukan
hal-hal yang mengejutkan dan mengguncang hidupnya. Inilah kisah tentang
bagaimana esok hari dapat mengubah apa yang terjadi hari ini...
Iseng-iseng pergi ke gramedia dan
kebetulan saat itu lagi ada obral buku. Pas liat novel ini dan baca sedikit
intisari dicover belakang, akhirnya aku mutusin buat beli novel ini. Dengan
bukunya yang kecil dan sampul kayak diary, cukup menarik perhatian. Aku punya
firasat ceritanya bakalan bagus. Dan well, akhirnya firasatku benar.
Cerita ini diawali dengan
kepindahan Tamara Goodwin dan mamanya ke rumah pamannya yang terletak jauh dari
perkotaan. Rumah pamannya itu terletak ditengah-tengah hutan dan jauh dari
rumah penduduk (kayak rumah hantu yaa). Tamara yang termasuk anak badung,
nakal, dan gaoolll mau gak mau terpaksa pindah ke rumah pamannya, Arthur dan
bibinya Rosaleen karena rumah lamanya disita. Ayah Tamara, Goodwin bunuh diri
setelah terkena bangkrut. Mama Tamara, Jennifer mengalami depresi berat, tiap
hari kerjaannya cuma diem sambil menatap kosong dan tidur. Hidup Tamara
benar-benar down saat itu, apalagi dia harus berhadapan sama bibi Rosaleen yang
agak-agak aneh.
Pada suatu ketika, seorang
laki-laki bernama Marcus datang ke rumah bibinya untuk mengantarkan buku.
Marcus ini pelayan perpustakaan keliling. Tamara dan Marcus ini akhirnya dekat.
Tamara yang waktu itu masuk ke dalam bus perpustakaan dan melihat-lihat buku
dirak, tiba-tiba menemukan sebuah buku diary bersampul coklat yang digembok.
Karena penasaran apa isinya, Tamara memutuskan untuk membawa buku itu pulang
dengan seizin Marcus. Ternyata buku diary itu bisa meramal masa depan.
Dimulailah petualangan Tamara dengan misi ‘mengubah hari esok menjadi lebih
baik’
Jujur sih, pas diawal-awal cerita,
aku sempet bosan setengah mati. Karena apa? Awal-awal cerita adalah pengenalan
tokoh. Sayangnya pengenalan tokoh itu diceritakan dengan kalimat yang panjaaang
banget dan sukses buat aku ngantuk berat. Aku sempat ketiduran loh pas baca
bab-bab pertama #Plakk. Bahkan aku sempat berhenti sebentar baca buku itu.
Sekitar 2-3 hari kemudian baru aku baca lagi.
Serunya novel ini mulai terasa
dibab-bab pertengahan. Saat bibi Tamara yang bernama Rosaleen mulai
memperlihatkan sikap-sikap aneh nan ganjil. Rosaleen tampak menyembunyikan
sesuatu. Sikap-sikap Rosaleen yang agak-agak seperti seorang psiko berhasil
membuat perasaanku mendidih. Terus pertemuan Tamara dengan suster Ignatius
serta kastel lama didekat rumah Arthur dan Rosaleen menjadi bumbu penyedap buat
cerita ini. Akhirnya aku bisa menyelesaikan novel itu selama 3 hari.
Well, novel ini benar-benar
mengingatkan aku sama komik Orange karya Takano Ichigo. Kalo dinovel ini
berkisah tentang diary yang bisa meramal masa depan, kalo dikomik Orange
berkisah tentang surat yang dikirim dari masa depan. Novel dan komik ini
meninggalkan kesan mendalam buatku. Jarang banget ada cerita yang mengambil ide
tentang masa depan, apalagi dengan ending yang tidak terduga.
Tapi meski ceritanya bagus,
buatku endingnya agak mengecewakan. Di ending diceritakan kalo mama Tamara
tiba-tiba jadi mau ngomong (padahal dia depresi dan diam melulu tiap hari). Gak
dijelasin bagaimana mama Tamara bisa ‘sembuh’ dengan secepat itu. Apa karena
suster Ignatius yang ngobatinnya?
Terus ending cerita tentang
Rosaleen akhirnya kayak gimana juga gak diceritakan. Aku penasaran dengan
interaksi Tamara dan Rosaleen setelah kebakaran itu. Diending cuma diceritain
tentang pertemuan mama Tamara (Jennifer) dengan kekasih lamanya dan kedekatan
Tamara dengan Weseley. Buatku endingnya kurang memuaskan. Aku ingin ada adegan
yang menyayat hati antara Rosaleen, Tamara dan Jennifer. Ending cerita terasa
flat, seakan-akan Rosaleen gak pernah ada.
Overall, aku kasih 7,5/10 buat
novel ini. Karena bab-bab awal membuat mata ngantuk, bab-bab pertengahan seru
banget dan endingnya yang sedikit mengecewakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar